Halaman

Tampilkan postingan dengan label Artikel Khusus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Khusus. Tampilkan semua postingan

Senin, Desember 13, 2010

Selamat Datang Pak Haji.

Selamat datang kembali ke rumah, kepada Pak H. Aris Pramudia (SDM III) dan Pak H. Daud (SDM I), semoga menjadi Haji yg mabrul, menjadi panutan dan motifator bagi kami warga yg lain. refreshkan kembali iman kami pak.

Kamis, Desember 27, 2007

Idul Adha 1428 H - 2007 M

Selesai sholat Idul Adha dilapangan bola Atsiri Permai pagi itu, para panitia qurban sudah bersiap-siap untuk melakukan eksekusi terhadap hewan qurban, kesiapan panitia qurban tahun ini cukup matang, terlihat pelaksanaannya terbilang sukses bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini sebanyak 3 ekor sapi dan 25 ekor kambing yang diqurbankan di Musholah Al Furqon, penyembelihan dimulai pada pukul 08.00 dan selesai dibagikan pada pukul 15.00, semua prosesi berjalan sesuai rencana, meski siang itu hujan turun.
(foto-foto kegiatan ada di Galeri)


Jumat, Desember 07, 2007

Sekata Taman Sejuta Pohon

Sabtu pagi itu terasa ada yang berbeda dari hari Sabtu sebelumnya, Lapangan Sekata terlihat telah dipasangi umbul-umbul dan spanduk serta bekas galian lubang di pingir lapangan, ibu-ibu sudah banyak berkumpul. Ternyata pagi itu Sekata sedang menanti kedatangan tamu dari jajaran eselon 1 Departemen Pertanian untuk melaksankan Program Pemerintah Wanita Menanam Sejuta Pohon.

Pelaksanaan dilakukan serentak pada pukul 08.00 WIB di seluruh Indonesia pada tanggal 1 desember 2007.



Jumat, November 09, 2007

Puting Beliung Obrak Abrik Citayam

Sore itu langit terlihat tak bersahabat, awan gelap menggelantung, seolah-olah akan runtuh menimpa bumi, tak lama berselang gerimis pun turun disusul oleh sambaran kilat dan gemuruh petir bercampur angin kencang.
Kamis November 8, 2007 sore, Citayam dan sekitarnya diamuk puting beliung. Banyak pohon yang tumbang, dan ada yang menimpa rumah penduduk di daerah Sasak Panjang. Sampai berita ini diturunkan belum ada laporan adanya korban jiwa. Masyarakat masih membicarakan bencana ini sampai esok harinya, seperti dalam film twister saja mas, tutur Ibu Nunung kepada wartawan. Kayak mau kiamat saja, imbuh pak Tarji menambahkan.
Kekuatan angin putting beliung ini dapat dilihat dilapangan sebaguna Sekata, di pinggir lapangan ada pohon beringin yang umurnya sudah 9 tahun, rindang dan banyak akar akhirnya tumbang diterjang angin, kita bisa bayangkan kekuatannya.
Belum lagi pohon-pohon yang dahannya patah, seperti di pertigaan Jl. Kenanga Raya dan Jl. Kenanga III, Jl. Kenanga Raya, Jl. Sedap malam IV dan Jl. Sedap Malam III.




Rabu, Juli 18, 2007

Rukun Tetangga (RT) On-line, sebuah keniscayaan

Oleh : Admin

Perkembangan teknologi khususnya di Indonesia terasa semakin pesat sejak di awal tahun 2000. Sebuah industri pembuat prosesor ternama seperti Intel mengeluarkan produk prosesornya hampir setahun sekali, yang sekarang paling mutahir adalah Intel Core2duo, bisa saja tahun depan Intel mengeluarkan prosesor yang lebih canggih, sementara prosesor lama langsung menjadi produk yang usang dan konvensional.
Pemulung dengan penghasilan tidak tetap sudah banyak yang punya Handphone (HP) meski cukup puas dengan menggunakan satu fitur SMS saja.
Sepanjang ada jaringan listrik dan telepon, internet sudah bisa dinikmati oleh masyarakat sampai ke pelosok desa, orang desa sudah banyak yang melek teknologi dan informasi.
Dengan gampang orang yang tidak punya latar pendidikan komputer bisa mengelola sebuah situs, banyak petunjuk-petunjuk yang tersedia di internet, banyak situs/blog gratisan yang tersedia seperti blogger, wordpress dan lain-lain, dan sampai-sampai blogger sudah menggunakan fasilitas dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan warga Indonesia untuk ber internet ria. semua petunjuk dan layanan ada disana.

Seharusnya jauh-jauh hari Pemerintah sudah menyadari hal ini, kalau masih punya komitmen untuk mensejahterakan penduduk Indonesia, jadikan fasilitas teknologi sebagai salah satu cara untuk mencapai komitmen tersebut. Banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah, seperti membuat kebijakan tentang kemudahan warga untuk bersosialisasi antar penduduk dengan cara menyediakan internet murah dan terjangkau.

Sudah banyak memang situs-situs resmi pemda yang online di internet, cuma sayangnya masih sampai di tingkat Kabupaten Kota, dan beritanya masih terlalu global dan basa-basi. Dan ada juga situs warga yang mengatasnamakan daerah seperti depok-online, tapi situs ini masih berada level atas Kabupaten/kota. Sudah ada beberapa situs yang berada pada level RT/RW seperti situs Griyamelati, dan RT 01 RW 012 Sekata.
RT 01 RW 012 Sekata Desa Ragajaya sudah membuat sebuah situs yang berisikan aktifitas warga dan sosial kemasyarakatan. Jika RT online sudah banyak di Indonesia, Pemerintah dapat banyak kemudahan darinya seperti :
1. Pemerintah tidak lagi menerima laporan yang basa-basi (asal bapak senang) dari Pemda. sebab,
2. Pemerintah bisa menjadikannya sebagai second opinion terhadap laporan yang disampaikan Pemda.
3. Pemerintah juga bisa melihat bagaimana pelaksanaan dilapangan terhadap kebijakan yang dijalankan.
4. BPS tidak perlu lagi melakukan sensus secara manual, cukup ambil datanya di situs RT dari format yang telah disediakan BPS.
5. PLN tidak perlu lagi menugaskan orang pencatat meteran, cukup ambil datanya di situs RT saja dari format yang telah disediakan PLN.
6. Polisi dan pihak hukum lainnya bisa medapatkan data orang masuk dan keluar dari RT, dan data ini bisa secara periodik disampaikan ke Desa atau kecamatan.

Dengan demikian Pemerintah dengan optimal dapat mengontrol kebijakan yang dibuat dan melihat pelaksanaannya di lapangan secara cepat dan tidak basa-basi atau ABS


Senin, Juni 18, 2007

Melihat Bintang Netron dari Permukaan Bumi

Oleh : Terry Mart

Bintang netron (BN) menarik perhatian para ilmuwan karena kondisinya yang sangat ekstrem. Betapa tidak. Bintang yang memiliki diameter hanya sekitar 25 km ini memiliki massa sekitar 1,4 kali massa matahari atau setara dengan setengah juta kali massa bumi. Dengan demikian medan gravitasi di permukaan bintang ini berkisar 200 milyar kali lebih kuat dari medan gravitasi di permukaan bumi. Medan gravitasi sebesar ini akan mampu meremukkan benda-benda yang ada dipermukaannya serta atom-atom penyusun benda tersebut. Sebagai gambaran, seseorang yang jatuh ke permukaan BN akan menabrak permukaannya dengan kecepatan 150.000 km per detik atau energi yang dihasilkan oleh tabrakan tersebut setara dengan 100 megaton ledakan nuklir. Tidak hanya sampai di situ. Sebuah BN dapat memiliki medan magnetik hingga 100 gigatesla. Medan magnet sebesar itu dapat menghancurkan semua informasi di dalam semua kartu kredit yang ada di atas permukaan bumi, jika BN diletakkan pada orbit bulan. Sebagai perbandingan, medan magnet bumi hanya berkekuatan sekitar 60 mikrotesla.

Proses terbentuknya bintang netron


BN berawal dari bintang biasa yang sudah kehabisan bahan bakar nuklirnya. Bintang-bintang yang terlihat di malam hari mengalami kesetimbangan antara gaya gravitasi yang berusaha mengerutkan bintang dan gaya-gaya akibat ledakan nuklir yang berusaha membuyarkan materi bintang. Saat bahan bakarnya habis, gaya gravitasi mulai bekerja dan terjadilah serangkaian reaksi fusi dan fisi nuklir yang diikuti dengan proses supernova, suatu ledakan maha dahsyat yang memancarkan cahaya terang benderang mengalahkan seluruh cahaya yang ada di galaksi tempat bintang bermukim. Cahaya ini muncul dari pelepasan energi akibat penurunan drastis massa bintang (hukun kekekalan energi, E=mc2). Diyakini bahwa bintang netron berasal dari bintang berukuran 15 hingga 30 kali matahari (meski demikian, angka ini terus berubah dengan meningkatnya akurasi simulasi supernova). Bintang yang lebih berat akan menjadi lubang hitam (black hole) sedangkan bintang yang lebih ringan akan berakhir sebagai kerdil putih (white dwarf) jika mereka mengalami proses serupa. Di samping itu, hukum kekekalan momentum akan menaikkan rotasi bintang secara drastis, suatu penjelasan mengapa BN dapat berotasi hingga 600 putaran per detik.

Gambar 1. Susunan bintang netron menurut teori serta data eksperimen yang ada saat ini. Atmosfir bintang sangat tipis, kulit bintang yang mayoritas terdiri dari besi juga hanya memiliki ketebalan sekitar 1 km. Inti luar yang disusun oleh netron “cair” menyelimuti inti dalam yang belum diketahui secara pasti apa isinya. Jari-jari bintang netron sendiri diperkirakan hanya sekitar 12 km, namun massanya sekitar 1,4 kali massa matahari atau 500.000 kali massa bumi.

Gambar 2. Gambar kiri menunjukkan Crab Nebula, hasil ledakan sebuah bintang (supernova) pada tahun 1054. Nebula ini berukuran sekitar 10 tahun cahaya (1 detik cahaya sama dengan 300.000 km). Pusat nebula dihuni sebuah pulsar, sebuah bintang netron dengan massa seberat massa matahari namun berukuran tidak lebih dari sebuah kota. Pulsar ini berotasi sebanyak 30 putaran per detik. Gambar kanan memperlihatkan (tanda panah) bintang netron yang terisolasi yang berhasil direkam oleh teleskop ruang angkasa Hubble. (Diambil dari Astronomical Picture of the Day).

Dari informasi energi ikat nuklir diketahui bahwa reaksi fusi yang terjadi akan berhenti jika material bintang telah menjadi besi. Dengan demikian terjadi penumpukan besi hingga massa BN menjadi 1,4 kali massa matahari. Setelah mencapai fase ini gaya degenerasi elektron yang selama ini mampu melawan gaya pengerutan gravitasi mulai menyerah. Tekanan gravitasi yang sangat kuat akan memicu proses URCA, yaitu proses penggabungan proton dan elektron menjadi netron dan neutrino. Karena neutrino sangat halus, diyakini ia berinteraksi sedikit sekali dengan material bintang dan, setelah membantu terjadinya proses supernova, neutrino akan pergi. Tinggalah netron yang selanjutnya membentuk BN.

Struktur bintang netron

Gaya gravitasi di permukaan BN sangat besar, 200 milyar kali lebih kuat dari gravitasi bumi. Bersama-sama dengan medan magnetik sebesar 100 gigatesla yang muncul akibat rotasi BN, gaya ini sanggup menghancurkan seluruh struktur atom yang ada di permukaannya. Dengan demikian permukaan BN hanya didominasi oleh nukleus (inti atom) besi. Jika kita masuk sedikit ke dalam, kita akan menemukan tekanan yang sangat besar, sehingga kerapatannya dapat mencapai 1 ton/cc. Nukleus-nukleus yang lebih berat menghuni daerah ini. Di tempat yang lebih dalam kerapatan menjadi 400.000 ton/cc, suatu keadaan yang memungkinkan netron untuk bebas bergerak mengalir keluar dari nukleus. Lebih dalam lagi, kita akan menemukan apa yang disebut peneliti sebagai deretan “pasta-antipasta”. Deretan ini dimulai pada kerapatan sekitar 1 juta ton/cc, suatu tempat dimana nukleon-nukleon bergabung mirip seperti “daging-bakso”. Lebih ke dalam lagi kita akan menemui bentuk “lasagna-antilasagna”, “spageti-antispageti”, serta apa yang dinamakan “keju Swiss”. Di tempat yang kerapatannya melebihi 280 juta ton/cc dapat muncul partikel-partikel eksotis seperti kondensat-pion, hiperon-lambda, isobar delta, serta plasma quark-gluon. Meski perkiraan teoretis ini sangat mencengangkan, pengamatan langsung BN belum sepenuhnya dapat memberi dukungan.

Penelitian yang dilakukan

Relatif tidak terlalu sulit untuk menghitung tekanan, rapat-massa dan jari-jari BN, asalkan rapat-massa di pusat BN serta persamaan keadaan materi BN diketahui. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan salah satu solusi persamaan relativitas umum Einstein yang disebut sebagai persamaan Tolman-Oppenheimer-Volkoff. Dari sini momen inersia BN juga dapat dihitung. Saat ini, pengamatan eksperimen mulai diarahkan untuk mengukur momen inersia BN. Masalahnya adalah: persamaan keadaan materi yang ekstrem-rapat ini tidak diketahui secara pasti dan para ilmuwan hanya dapat mengandalkan model matematis. Untungnya, eksperimen materi super-rapat dapat dilakukan di atas permukaan bumi melalui tumbukan ion-ion berat, seperti yang dilakukan oleh para fisikawan di GSI Darmstadt, Jerman, dan di RHIC Brookhaven, Amerika. Hasil eksperimen ini dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki model-model persamaan keadaan tadi, sehingga pengamatan BN dapat memberi informasi akurat tentang kerapatan massa di pusat BN. Pada akhirnya para ilmuwan akan mampu memperkirakan secara akurat apa yang terdapat dan terjadi di dalam BN.

(Terry Mart, pengajar pada Departemen Fisika, FMIPA UI)




Rabu, Oktober 04, 2006

MENGATASI KRISIS AIR BERSIH MENGGUNKAN TANAH

MENGATASI KRISIS AIR BERSIH MENGGUNKAN TANAH

Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar diperkirakan dalam waktu 10 tahun ke depan akan mengalami krisis air bersih yang parah baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun untuk industri. Saat ini saja konflik antar masyarakat untuk mendapatkan air bersih semakin sering terjadi. Waduk-waduk besar seperti Jatiluhur, Cirata, Saguling, dan Kedung Ombo yang dibangun dengan dana yang tidak sedikit semakin hari semakin keteteran dalam memasok air baik untuk keperluan irigasi, pembangkit listrik, maupun untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat perkotaan. Kekurangan pasokan air ini disikapi masyarakat dengan jalan memompa air dari dalam perut bumi ke permukaan tanah. Pendekatan yang sama dilakukan juga oleh pelaku industri baik kecil, menengah, maupun industri besar.
Pemompaan air tanah ini terus berlanjut tanpa kendali. Satu survai yang dilakukan di Semarang pada tahun 1994 menunjukkan bahwa pengambilan air tanah dalam di Semarang mencapai 44 ribu meter kubik perhari. Pengguna terbesar adalah industri (330 liter perdetik), disusul kemudian oleh PDAM (300 liter perdetik), dan perorangan, hotel dan perkantoran (200 liter perdetik). Di tahun 2004 ini atau sepuluh tahun setelah survai itu dilaksanakan angka tersebut tentunya telah mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya industri dan jumlah penduduk. Penyedotan air yang tidak terkendali dari dalam tanah yang tidak dibarengi dengan penambahan air yang seimbang melalui proses infiltrasi dan perkolasi menyebabkan turunnya muka air tanah (ABT). Penurunan muka ABT diamati telah terjadi di sejumlah kota besar. Di Semarang, penurunan muka ABT saat ini telah mencapai kedalaman 24,6 meter, 24 meter lebih dalam dibanding kondisi pada tahun 1970-an (KOMPAS, 16/8/04). Di Bandung, laju penurunan muka ABT ditengarai mencapai 1-2 meter pertahun (Media Indonesia, 14/8/04). Kondisi yang lebih parah tentu akan dijumpai di Jakarta.

Paling tidak ada empat bencana yang akan terjadi jika kondisi ini terus berlangsung. Yang pertama adalah berkurangnya pasokan air ke waduk-waduk yang dibangun sebagai penyimpan air yang nantinya digunakan untuk berbagai keperluan. Pembangunan yang tidak terkendali di cekungan Bandung telah menurunkan pasokan air ke waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur, sehingga mengancam kelangsungan fungsi-fungsi strategisnya. Gambar 1 memperlihatkan perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi bangunan di DAS Citarum Hulu tahun 1962 sampai 2002. Luas hutan berkurang dari 58,152 ha pada tahun 1962 menjadi 34,290 ha pada tahun 2002, sementara luas bangunan meningkat dari hanya 6,038 ha menjadi 28,534 ha. Kondisi yang sama terjadi di cekungan Semarang-Demak dan cekungan Surabaya-Pasuruan. Berkurangnya volume air di waduk-waduk serbaguna akan menyebabkan dampak negatif lanjutan yang berantai. Petani akan mengalami gagal panen sehingga mengganggu pasokan bahan pangan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan irigasi. Kegiatan produksi tidak maksimal karena terganggunya pasokan energi listrik, dan yang tidak kalah pentingnya adalah pasokan air yang cukup untuk kebutuhan rumah tangga makin sulit dipenuhi.
Waduk-waduk semakin tergantung pada curah hujan untuk memenuhi kebutuhan minimum volume airnya untuk dapat berfungsi. Sehingga apabila curah hujan berada di bawah normal, waduk-waduk tersebut pun mengalami krisis air. Tahun lalu, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah melaporkan bahwa dari 72 waduk besar dan 36 embung yang dipantaunya, hanya 11 waduk dan 1 embung yang berada dalam kondisi normal, yang lainnya tidak normal sehingga perlu tambahan air. Tambahan air ini diperoleh dengan hujan buatan, yang tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk melaksanakannya.
Bencana kedua adalah penurunan permukaan tanah. Penurunan permukaan tanah ini terutama dapat dijumpai pada daerah yang dibangun diatas lahan basah atau rawa. Kekeringan pada tanah yang mengandung banyak bahan organik ini akan menyebabkan terjadinya pengerutan volume tanah dan sebagai akibat lanjutannya adalah amblasnya permukaan tanah. Fenomena ini telah diamati dibeberapa kota besar seperti Semarang dan Jakarta. Daerah-daerah yang sebelumnya tidak kebanjiran menjadi sangat mudah tergenang air, lantai dan dinding bangunanpun menjadi retak-retak sebagai akibat penurunan permukaan tanah ini.

Bencana ketiga adalah terjadinya intrusi air laut. Penurunan muka ABT berakibat pada makin besarnya volume rongga atau pori-pori tanah, yang dalam kondisi ideal berisi udara dan air segar, yang kering kerontang. Pori-pori tanah yang telah ditinggalkan oleh air segar berkadar garam rendah (+ 1000 ppm) ini kemudian diisi oleh air laut yang berkadar garam tinggi (+ 35.000 ppm). Air laut ini selain tidak layak untuk diminum juga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses metabolismenya dan merusak struktur tanah. Dilaporkan bahwa intrusi air laut ini telah terjadi di Jakarta, Semarang, dan kota besar lainnya. Di Jakarta, intrusi air laut ini telah menghampiri kawasan Monas, sedangkan di Semarang telah sampai di Simpang Lima. Jika kondisi ini terus berlanjut dapat diduga bahwa Jakarta, Semarang dan kota-kota pantai lainnya akan semakin gersang dan langka air bersih.
Bencana keempat adalah meningkatnya harga air persatuan volume. Dengan bertambah dalamnya ABT maka pipa yang dipergunakan untuk memompa air dari dalam tanah harus dibuat makin panjang. Konsekuensinya adalah energi yang dibutuhkan untuk memompa air persatuan volume juga membengkak. Masyarakatpun dipaksa untuk merogoh kantongnya lebih dalam lagi untuk membayar rekening airnya. Tahun ini saja harga air bersih di Bogor telah meningkat hampir dua kali lipat dibanding sebelumnya. Semua ini adalah sebagai akibat dari bertambahnya ongkos produksi air bersih persatuan volume.
Dalam jangka panjang keempat bencana tersebut dapat diatasi dengan melakukan peninjauan ulang terhadap pembangunan sumberdaya air kita. Jika sebelumnya pemerintah memfokuskan penyediaan air bersih dengan membangun dam dan waduk berskala besar dengan biaya jutaan dollar, maka sudah waktunya dipikirkan alternatif lain yang lebih murah dan sifatnya in situ. Alternatif tersebut adalah dengan memanfaatkan tanah yang kita pijak sebagai media penampung air.
Kedengarannya aneh, namun demikian perlu diketahui bahwa tanah yang kita pijak sehari-hari terdiri atas 3 bahan utama yaitu padatan, udara, dan air. Bahan padatan adalah butir-butir liat, lempung, dan pasiran yang tercampur sedemikian rupa dengan komposisi yang berbeda-beda yang kemudian disebut tekstur tanah. Tekstur tanah ini kemudian membentuk agregate tanah dengan bantuan bahan organic yang telah melapuk. Karena ukuran dan bentuk butiran tersebut berbeda, maka dalam proses pembentukan agregate tanah, terbentuk juga rongga atau dikenal sebagai pori tanah. Pori tanah ini, baik yang berukuran makro, meso maupun mikro, kemudian akan terisi oleh air dan udara. Kemampuan pori tanah dalam menyimpan air inilah yang belum banyak dimanfaatkan. Tanah dengan luasan 1 hektar berkedalaman 1 meter diperkirakan mampu menyimpan air sekitar 2500 meter kubik. Jumlah ini mampu memenuhi kebutuhan air untuk 10000 orang, jika kebutuhan air perorang rata-rata 250 liter perhari. Volume air yang tersimpan akan lebih banyak jika kedalaman tanah yang diperhitungkan lebih dalam lagi.
Sayangnya model pembangunan kita mengabaikan kemampuan besar dari tanah untuk ini untuk mengamankan kebutuhan air kita yang sangat vital. Pembangunan gedung-gedung, lapangan parkir, dan jalan telah menihilkan air yang meresap kedalam tanah. Model pembangunan seperti ini menyebabkan sebagian besar air hujan akan langsung mengalir masuk ke parit kemudian kesungai dan sangat sedikit yang meresp ke dalam tanah. Akibatnya adalah banjir pada musim hujan karena sungai tidak mampu lagi menampung volume air limpasan permukaan dan kekeringan pada musim hujan karena tidak ada air tersimpan didalam tanah.
Kedua aspek ini, pembangunan dan air tanah, yang kelihatannya saling bertentangan sebenatrnya dapat saling mendukung apabila diterapkan teknologi yang dapat menjembatani keduanya. Dinegara maju seperti Amerika, membangun storm water detention and retention systems sudah menjadi keharusan bagi setiap pengembang yang akan membangun. Sistem ini dapat dibuat diatas permukaan tanah dalam bentuk embung-embung jika lahan mencukupi, tetapi juga dapat dibuat di bawah permukaan tanah dengan memasang rangkain pipa-pipa berpori. Rangkaian pipa-pipa berpori ini umumnya dipasang didalam tanah parallel dengan lapangan parkir yang ada diatasnya sehingga tidak menyita lahan. Prinsip utamanya adalah pipa-pipa ini menampung sementara air limpasan permukaan untuk kemudian dilepaskan ke tanah secara perlahan-lahan. Manfaatnya adalah mengurangi bahaya banjir pada musim hujan karena air limpasan permukaan tertampung sementara didalam pipa. Tentu saja harus dihitung potensi volume air limpasan permukaan sebelum pembangunan yang kemudian disesuaikan dengan daya tampung pipa yang akan dipasang. Manfaat lainnya adalah mengisi kembali pori tanah tersebut dengan air segar dengan demikian akan mencegah intrusi air laut dan menyediakan sumber air. Keberhasilan penerapan teknologi ini sangat tergantung pada political will pemerintah yang ditunjukkan dengan penerbitan Perda yang mengharuskan pengembang untuk mengelola air limpasan permukaan sebagai akibat dari proyeknya. Teknologi ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengendalikan air limpasan permukaan sekaligus menyediakan kebutuhan air bersih. Selanjutnya adalah law enforcement dari peraturan yang sudah dibuat untuk menjamin pelaksanaannya di lapangan.

Achmad Rachman